Banyak sekali cara yang bisa dilakukan oleh seorang hamba untuk meningkatkan keimanannya. Di antara cara tersebut adalah mencintai, memuliakan, dan menghormati para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Di dalam sebuah hadits disebutkan dari Anas Radhiallahu’anhu bahwa nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
"Mencintai orang-orang Anshar merupakan tanda keimanan dan membenci orang-orang Anshar merupakan tanda kemunafikan" (Shahih Muslim)
Di dalam setiap kitab dan karya tulis yang ditorehkan oleh para ulama As Salaf, kitab yang menjelaskan tentang ushul i’tiqad Ahlus Sunnah tidak pernah luput dan tertnggal pembahasan mencintai sahabat Rasulullah. Bahkan para ulama As Salaf menjadikan prinsip ini sebagai salah satu yang membedakan Ahlus Sunnah dengan Ahlul Bid’ah. Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya. Karena sunnah yang diajarkan nabi Shallallahu’alaihi wasallam dapat sampai kepada umat melalui jalan sahabat Radhiallahu’anhum.
Ahlul Bid’ah wal Ahwa’ berusaha mencela dan mencerca para sahabat Radhiallahu’anhum untuk mengikuti hawa nafsu mereka. Berapa banyak hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Radhiallahu’anhum yang dengan hadits-hadits ini para ulama dapat membongkar kesesatan Ahlul Bid’ah wal Ahwa’. Allah Subhanahu wata’ala telah memuji para sahabat Radhiallahu’anhum, demikian pula Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memuji sahabat Radhiallahu’anhum.
Dengan mencontoh para sahabat Radhiallahu’anhum maka kita akan mampu benar-benar mewujudkan syariat Islam. Para sahabat Radhiallahu’anhum adalah generasi terbaik umat ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di dalam sebuah hadits,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian setelah mereka kemudian setelah mereka" (HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 2457, 2458 dan Al-Imam Muslim no. 4600, 4601, 4602 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash)Allah Subnahau wata’ala memilih nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam karena hati beliau adalah hati yang paling baik dan paling suci, demikian pula Allah Subhanahu wata’ala memilih sahabat Radhiallau’anhum dikarenakan sahabat memliki hati yang baik, hati yang suci dan bersih.
Para sahabat Radhiallau’anhum adalah satu-satunya generasi yang mendapatkan jaminan dan kepastian dari Allah Subhanahu wata’ala dan mendapatkan keridhoan-Nya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Subhanahu wata’ala telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah Subhanahu wata’ala menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100)Maka di dalam tarikh ash shahabah, terdapat berbagai macam pelajaran dan ibrah sebagai bekal dan nasihat untuk orang-orang yang datang setelah mereka Ridhwanullah ‘alaihim ajma’in.
Para ulama sering sekali memberikan nasihat agar kita sering dan banyak membaca biografi para sahabat Rasulullah. karena di dalam sejarah dan kepribadian para sahabat sahabat Rasulullah merupakan bukti nyata dari sikap ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
Para sahabat Radhiallahu’anhum mengajarkan kepada kita bagaimana bentuk-bentuk keikhlasan, mendidik kita untuk mengenal arti kesabaran dan perjuangan, memberikan contoh bagaimana bentuk nyata dari mempertahankan agama Allah, membela, mengorbankan jiwa dan raga mereka agar kalimat Allah Subhanahu wata’ala (agama Allah) tetap tertinggi. Mereka mengajarkan bagaimana semangat yang tinggi di dalam memahami syariat Islam, memberikan contoh nyata bagaimana bentuk menuntut ilmu, zuhud, wara’, dan ketakwaan yang sesungguhnya.
Cinta dan benci, dan tawakkal telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan telah ditunjukkan sebagai bukti nyata oleh sahabat Radhiallahu’anhuma, sehingga di dalam sejarah yang pernah ditempuh oleh para sahabat terdapat berbagai macam fawaid, durus, dan ibrah (faidah-faidah, pelajaran, dan hikmah) yang tidak akan pernah mungkin seorang muslim dan mukmin merasa puas, tetapi akan selalu merasa kurang. Semakin sering dia membaca biografi para sahabat Radhiallahu’anhuma maka semakin tinggi tingkat keimanan yang ada di dalam hatinya.
Semakin kita mendekati dengan sejarah sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam maka semakin tinggi tingkat keimanan kita. Tatkala keikhlasan kita mulai terkikis kemudian membaca keikhkasalan para sahabat Rasulullah tentu kita akan terdorong untuk mengikut jejak mereka, ketika kita kurang dalam bersabar dan kurang bersemangat dalam menuntut ilmu kemudian kita membaca sejarah sahabat Rasulullah bagaimana kesabaran dan semangat mereka di dalam menuntut ilmu. Ketika kita kurang rela berkorban untuk membela dakwah dan meninggikan kalimat Allah Subhanahu wata’ala setelah membaca biografi mereka maka akan semakin besar semangat kita untuk membela agama Allah Azza wajalla.
Di antara satu pelajaran penting yang pernah diajarkan oleh para sahabat Rasulullah adalah semangat mereka untuk mencari hidayah dan semangat mereka untuk menjaga hidayah tersebut ada di dalam diri mereka. Menjaga hidayah yang telah diberikan Allah Subhanahu wata’ala sebagai bentuk nikmat yang terbesar agar tetap diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan tidak dicabut oleh-Nya.
Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya.
Banyak sekali kisah yang mungkin bisa kita baca seperti kisah Ja’far bin Abi Thalib dan para sahabat yang lain hijrah ke Habasyah demi menjaga hidayah agar tidak terlepas. Kisah Bilal bin Abi Rabah yang disiksa dan dianiaya agar hidayah tidak terlepas dari dirinya, Ammar bin Yasir demkian juga istrinya Sumayyah (syahidah yang pertama) rela melepaskan dan meregang nyawa agar menjaga hidayah tidak terlepa dari hatinya.
Di antara sahabat yang telah melakukan perjalanan yang cukup jauh, mengorbankan waktu dan pikiran, membuang dunia dan hartanya hanya untuk mendapatkan ketenangan hati untuk mencari hidayah. Penderitaan begitu banyak dia rasakan untuk mencari hidayah dan keselamatan dunia dan akhirat. Dialah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu.
sumber: http://atstsurayya.wordpress.com/2009/03/13/kisah-salman-al-farisy/]
2 comments:
syukron katsir ya akhi atas postinganx..
iya sama2..
Posting Komentar