kulo-Tech Headline Animator

Senin, 21 November 2011

Tauladan yang Baik

Motivasi Manusia 
Sebelum memaparkan hal di atas, perlu untuk memperhatikan beberapa mukaddimahnya. Setiap perkara yang dilakukan oleh manusia, tidaklah terlepas dari  dua hal: apakah perkara yang dilakukan tersebut berdasarkan kebenaran atau berdasarkan maslahat ? Dengan kata lain, motivasi (dorongan) kerja manusia ada dua bentuk: 

mencari sebuah kebenaran dan berfikir secara maslahat. Ketika saya mengerjakan shalat, apakah saya telah menemukan Tuhan yang memang layak disembah ? atau melalui jalan ini Dia ingin disembah (motivasi mencari kebenaran) atau dengan sebab tadi, shalat akan menjadikan keselamatan baginya (motivasi berfikir maslahat).   Jika saya tidak berkata bohong. Dengan dalil ini, berbohong adalah salah (menuntut kebenaran). Atau dengan dalil tadi, berbohong menyebabkan azab yang pedih (motivasi berfikir secara maslahat). Berdasarkan dua prinsip tadi kita akan memberikan dua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas: 

1. Mencari Kebenaran             
Pencari kebenaran terbentuk dari tiga perkara: 1. Kecenderungan 2. Pandangan 3. Metode. Hakekat pencari kebenaran akan ditemukan sesuai dengan tiga bentukan ini: 1. Aliran kebenaran.   2. Kebenaran yang yakin. 3. Kebenaran sebagai tolak ukur. Manusia dalam mencari kebenaran melalui tiga bentuk yang berada dalam dirinya, yakni hati sebagai pusatnya niat atau maksud dan mencintai dan membenci manusia. Otak yang mana sebagai pusat pandangan-pandangan manusia. Fenomena sebagai tempat metode-metode amal perbuatan dan tingkah laku manusia untuk menetapkan sebuah hakekat. Cinta dan benci pada manusia hanya berdasarkan kebenaran dan hakekat (aliran kebenaran), selain dari keyakinan-keyakinan yang benar maka iman tidak bisa didatangkan dan juga menerima setiap keyakinan yang benar (kebenaran yang yakin) dan selalu berdiri dengan kebenaran dan sebab-sebabnya. Dan dalam sisi pengamalan, mereka tidak akan berpaling. Dan prilaku mereka hanya berdasarkan atas hakekat (kebenaran sebagai tolak ukur). 

Ali as sebagai tauladan pencari kebenaran             
Tauladan tertinggi manusia sebagai pencari kebenaran adalah Ali Bin Abu Thalib as, yang mana didalam segala sesuatu berpegang pada kebenaran, dan tidaklah mencintai sesuatu selain kebenaran. Walaupun di dalam kewilayahan dan pemerintahan. Jika hal tesebut bukan sebuah kebenaran, maka atas  salah satu bagian dari sepatunya adalah sesuatu yang sedikit lebih berharga (khutbah 33). Setiap seorang akan mengetahui bahwa beliau adalah orang yang paling mulia diantara rakyat yang mana kebenaran di sisinya lebih ia cintai dari segala sesuatu (aliran kebenaran). Tidaklah menghukumi sesuatu menurut keyakinannya selain kebenaran dan kenyataan. Dan mengenal  kebenaran setiap saat serta tidak berhenti waktunya di dalam kebenaran (khutbah 4). Dalam sisi amal perbuatan, selalu dalam lingkaran kebenaran. Tidaklah hadir dalam dirinya suatu kebohongan untuk mendapatkan kedudukan khilafah ( dalam musyawarah pemilihaan setelah khilafah kedua), orang-orang kuat di sisi beliau menjadi lemah sehingga mereka mengembalikan  haknya (khutbah 37), beliau mengingatkan dengan bersumpah atas nama Tuhan bahwa untuk kebenaran dan kebebasan dari cengkraman kebatilan. Dan dalam setiap sesuatu yang dicampuradukkan dengan kebatilan, hendaklah hal tersebut diperangi (khutbah 104), dalam tolak ukur kebenarannya hingga dengan perkembangannya terhadap para penuntut hak lebih dan  yang keliru memaksa beliau melakukan tiga peperangan yang tidak inginkan, yang mengakibatkan jiwa beliau sendiri melayang atas dasar keadilan. Pengorbanan  di  Jalan Kebenaran              

Ini adalah keadaan seseorang yang telah menemukan dan berpegang teguh kebenaran. Jika halnya seseorang telah menemukan kebenaran. Jika ia ingin mendapatkan kebenaran, haruslah juga berbuat demikian. Apakah  hakikat nilai penemuan kebenaran tidak ada, sehingga badan manusia perlu dikorbankan? Tentunya kesempurnaan manusia   selalu tegar dalam kebenaran dan berperang demi kebenaran ? tidaklah dari sisi kemanusiaan kita mempunyai tolak ukur kebenaran? Manusia adalah pencari kebenaran, kemanusiaan itu sendiri dalam kelompok pandangan kebenaran, kebenaran yang yakin dan kebenaran sebagai tolak ukur. Oleh karenanya, dalam penilaian esensi ini mengorbankan ikatan kemanusian secara materi pada dirinya.

 2. Berfikir maslahat          
Seseorang yang melakukan perbuaatannya berdasarkan prinsip  maslahat, harus memulai dengan pengenalan terhadap maslahat pribadinya. Kemudian akan mengetahui maslahat apa yang paling baik  bagi rakyat. Dan bagaimana akan mendapatkan maslahat itu, melalui jalan apa yang bisa menjauhkan diri dari perkara yang membahayakan serta akan mendekatkan pada perkara yang menguntungkan. Pada dasarnya, sesuatu apa yang menguntungkan dan permasalahan apa yang merugikan. Seseorang yang berpegang pada agama akan mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Penyayang mengetahui maslahat sesuatu dan menginginkannya. 

Oleh karenanya, paling tingginya  tingkat maslahat pada-Nya akan menjamin suatu  kebaikan dalam ruang lingkup agama. Apabila  bagian dari maslahat ke depan dan yang terlewati tidak diketahui maka lebih diutamakan maslahat di dalam ketetapan agama dan maslahat terhadap amal perbuatan atasnya. Dikarenakan berpegang pada agama sebagai jalan keselamatan dan mengantarkan pada kebahagian dunia dan akhirat.               

Alhasil, orang beragama akan menanti sebuah pengorbanan untuk mengantarkannya pada keselamatan. Dan ini adalah perbuatan  orang-orang yang berakal dan kemanusiaan. Dikarenakan, akan menjamin maslahat manusia pada jalan ini. Benar, akan hilang sebagian maslahat dunia, akan tetapi akan mendatangkan kebaikan yang abadi. Apakah jual beli dan perdagangan yang lebih besar dan menguntungkan dari hal ini? Allah Swt dalam al-qur’an berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih. Yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (Shaf ayat 10 dan11)

Setiap dua individu manusia melalui jalan ini mampu mengantarkan jalan menuju maslahat akhirat dan mendapatkan keselamatan atas dirinya serta dengan dalil ini juga akan mendapatkan ketenangan dunia.  Agama seperti tali yang telah disambungkan dari puncak gunung, sehingga para pendaki dengan perantara tali tersebut mampu untuk naik ke atas gunung,  sebagai pengaman dari jatuh atau kecelakaan serta sebagai alat bantu naik. Begitu juga agama sebagai tali Allah yang kuat, dengan berpegang dengannya mampu mengantarkan kepada puncak keselamatan dan mendapatkan  kebaikan-kebaikan  yang pasti dan abadi serta telah bergerak pada puncak keamanan dan ke- tenangan jiwa. Yakni, juga seiring dengan ketenangan duniawi serta kebahagiaan akhirat: “ Barang- siapa yang berpegang pada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus….”  “Dan berpeganglah kalian  pada tali(agama) Allah dan janganlah bercerai berai…” (surat Al-Imran ayat 101 dan 103).                

Adapun jika disandarkan pada maslahat kelompok: Agama, khususnya agama Islam. Adalah agama untuk masyarakat dan juga bermanfaat atas sebuah masyarakat  yang  berjalan menurut maslahat-maslahat dunianya, juga melalui jalan agama  akan menjamin maslahat-maslahat tersebut (alhasil, pembahasan di atas berhubungan dengan agama).  

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Subscribe Via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Iklan Mobil Iklan Properti

About Me

kulo-Tech
kulo-Tech Blog menyajikan berbagai informasi terkini dan menyediakan fitur-fitur yg tersedia. Berbagai tutorial telah tersedia disini agar menambah wawasan kita. Blog pribadi kini menjadi blog community dan sebagai layanan media promo bisnis yg telah kami sediakan. Terimakasih pada teman-teman yg telah mendukung dan pihak-pihak yg telah berpartisipasi atas perkembangan kulo-Tech ini. Mohon kritik dan saran
Lihat profil lengkapku